Perkembangan zaman saat ini membuat kita bisa mengakses banyak sekali informasi secara mudah dan cepat. Hanya dengan sentuhan jari, dalam beberapa detik kita bisa mendapatkan semua data yang kita inginkan. Namun permasalahannya, apakah hal ini berlaku untuk semua kalangan masyarakat Indonesia?
Ternyata tidak, teman-teman. Tentunya syarat utama untuk bisa mendapatkan semua informasi tersebut, selain koneksi internet yang memadai, adalah bebas dari buta aksara atau buta huruf. Buta aksara berarti ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis, sehingga berkuranglah kemampuannya untuk berkomunikasi dengan baik.
Data BPS [2019] membuktikan bahwa pada tahun 2018 masih ada 4,34% masyarakat Indonesia buta aksara. Terlihat sedikit? Sekilas memang terlihat tak banyak, namun bila kita hitung terhadap jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta penduduk pada tahun 2018, berarti ada sekitar 11.501.000 penduduk buta huruf. Cukup banyak, bukan?
Padahal angka ini sudah turun hampir 50% bila dibandingkan dengan tahun 2011, di mana tingkat buta huruf Indonesia berada di angka 7,56%. Tahun 2012 turun menjadi 7,03%; tahun 2013 menjadi 6,08%, dan 4,88% pada tahun 2014. Sedangkan mulai tahun 2015 hingga 2018, tingkat penurunannya menjadi semakin kecil, di mana pada tahun 2015 menjadi 4,78%; 4,62% pada tahun 2016; dan 4,50% pada tahun 2017.
Ada banyak hal melatarbelakangi tingginya tingkat buta aksara Indonesia, sementara kini semakin sulit untuk memberantasnya. Sementara itu, penelitian PISA terhadap 540 ribu anak sekolah berumur 15 tahun menunjukkan bahwa tingkat literasi Indonesia sangatlah rendah.
Tidakkah kamu penasaran, mengapa tingkat literasi Indonesia sangat rendah? |
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara, dengan skor rata-rata sains = 403, membaca = 397, dan matematika 386. Skor ini kalah jauh bila di bandingkan dengan Singapura yang meraih peringkat 1 dengan skor rata-rata sains = 556, membaca = 535, dan matematika 564.
Sedangkan Jepang berada di peringkat kedua dengan skor rata-rata sains = 538, membaca = 516, dan matematika 532. Dan peringkat ketiga diraih oleh Estonia dengan skor rata-rata sains = 534, membaca = 519 dan matematika 520.
Sementara CCSU juga telah mengeluarkan peringkat literasi negara-negara dunia pada bulan Maret 2016 yang didasarkan oleh beberapa indikator kesehatan literasi negara: perpustakaan, pendidikan, surat kabar, dan ketersediaan komputer.
Mengapa sulit untuk memerdekakan bangsa dari buta aksara? |
Dan hasilnya cukup mengejutkan. Indonesia menjadi urutan ke 60, hanya unggul dari Botswana. Peringkat pertama diraih oleh Finlandia, disusul oleh Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia, Swiss, AS, dan Jerman.
Tentu saja bicara mengenai rendahnya literasi Indonesia bukan hanya sekadar perihal bebas buta aksara. Namun, setelah sudah 74 tahun berlalu sejak proklamasi kemerdekaan, mengapa sangatlah sulit untuk memerdekakan bangsa dari buta aksara serta menaikkan tingkat literasi kita?
Komentar
Posting Komentar