Pernah nggak sih, kamu kesal sendiri karena omongan orang lain yang sering terucap tanpa dipikirkan terlebih dahulu? Apa yang akan kamu lakukan untuk mengatasi hal tersebut? diam itu lebih baik, diam tanpa kata, diam lebih baik.
Kalau aku sih, sering. Bahkan sampai aku menghindari untuk bertemu dengan orang-orang bertipe seperti itu. Yang berbicara panjang lebar, entah dari mana ujung dan pangkalnya, kemudian membuat kita jadi sakit hati sendiri. diam itu lebih baik, diam tanpa kata, diam lebih baik.
Kemarin pagi, aku terbangun dengan keadaan kedua tangan bengkak. Sedikit gerakan kecil saja bisa membuatku kesakitan. Beberapa hari belakangan memang sedikit melelahkan, membuat kesehatanku sedikit menurun, ditambah pula dengan job yang menuntut untuk segera diselesaikan.
Sebagai seseorang yang tergantung pada laptop dan smartphone untuk mendukung pekerjaan, juga di sosial media, hari itu aku terbilang tak beruntung karena mendekatkan jari ke laptop saja sudah membuatku ingin menjerit karena sakit. Maka tidak heran bila aku meminta bibi urut untuk datang ke rumah.
Dan saat si bibi sudah sampai di rumah, dari seseorang yang biasa nyinyir tak tentu arah dan tujuan, langsung nyeletuk dong ya.
"Itu ngapain kamu panggil bibi urut? Mau minta cariin jodoh? Atau mau diajarin ilmu? Blablabla"
Karena nyinyiran tak berdasar tersebut, aku masih diam tanpa kata. Namun ternyata nyinyiran terus berlanjut, malah bertambah hingga panjang kali lebar.
"Tanganku bengkak, gimana mau kerja? Kerjaan nggak ada yang selesai dari pagi nih." diam itu lebih baik, diam tanpa kata, diam lebih baik.
Okay, mungkin aku juga salah karena sedikit freak out. Don't blame me, please. Tapi hari gini, masih percaya dengan hal mistis? Di saat teknologi sudah canggih, tidakkah kamu ingat dengan Tuhan-mu?
Aku tahu, mungkin aku terlalu berlebihan. Mungkin aku sudah terlalu lelah hingga melampaui standar kesabaran. Ah, mungkin aku harus belajar lebih banyak lagi untuk memupuk rasa sabar tanpa batas.
Diam itu lebih baik ketimbang berbicara tanpa makna. |
Saat aku kuliah dulu pun aku pernah ditertawakan karena sedang sakit. Bukan, bukan sejenis teman yang tertawa karena ini jauh dari itu. Orang yang menertawakanku tersebut murni tertawa tanpa alasan. Bisa jadi ia memang senang karena aku hanya bisa teristirahat tanpa bisa beraktivitas seperti biasa.
Sayangnya karena tertawaan itu, aku terlanjur menyimpan rasa kesal. Padahal sebenarnya sakit adalah sarana bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena setiap sakit di dunia itu ada obatnya.
Namun pertanyaannya, dari pada terus berbicara tanpa makna, mengapa kita tidak diam saja? Setiap ucapan yang keluar dengan lidahmu itu, bisa berbalik menyerangmu nantinya. Seperti kata pepatah, mulutmu, harimaumu. Maka tahan mulut dan lidahmu karena diam itu lebih baik.
Pilih untuk tersenyum dan semuanya akan jadi lebih baik. Pilihlah untuk berdamai dengan keinginan berucap yang tidak perlu. Sesungguhnya diam itu lebih baik daripada berbicara sembarang tanpa dipikir matang-matang. Bersyukur dan ingatlah diam itu emas, temans. diam tanpa makna.
Diam itu lebih baik untuk kita semua.
Yang masih belajar untuk diam daripada berbicara tanpa makna,
Anin diam itu lebih baik, diam tanpa makna, diam lebih baik, diam tanpa kata,
Komentar
Posting Komentar